Tuesday, May 28, 2013

Hujan Biru

awan meneteskan tangisnya
seakan-akan tiada lagi keceriaan diharinya
tangisnya semakin lancang
bergemuruh amarah dewa yang kencang

tiada tanda jua hadirmu
akupun tetap setia menunggu
cahaya hangatmu
begituku rindu

tangisnya pun mereda
corak warna sebagai bertanda
kau muncul perlahan
mengintip dari balik dahan

akhirnya
kita bersua

-28 Mei 2013-

Thursday, March 14, 2013

Berkendara


pernah kah anda mencoba berfikir bahwa jalan sebuah hidup seperti layaknya sebuah mobil? Ya berjalan kedepan, melaju kencang, terkadang mundur terlebih dahulu untuk mendapatkan posisi yang tepat. Jika kecepatan mobil tidak terkendali dengan tepat maka akan mengakibatkan dampak yang buruk kedepannya. Ya, begitulah kehidupan. Layaknya sebuah mobil yang berjalan.  Namun, tanpa seorang manusia di balik itu semua. Mobil hanyalah sebuah benda mati. Manusia yang menjadi dalang dari jalannya sebuah mobil. Belum lagi cara manusia itu merawat kondisi si mobil ini. Semakin dia rajin membersihkannya maka semakin elok di tenggok orang.  Layaknya sebuah kesucian atau kebersihan sebuah hidup. Jika kita membiarkan hal buruk mengotorinya maka mobil itu akan kotor dan tidak di senangi orang banyak. Dan sebaiknya.
Ada juga mobil yang mengeluarkan asap hitam yang merugikan orang lain. Layaknya para manusia yang senang mengotori kehidupan orang lain atau membuat orang lain tidak nyaman.  Tapi dimanakah posisi anda sekarang?
Apakah anda seorang pengemudi yang mengontrol cepat atau lambatnya kecepatan. Atau si pemimpin yang bisa membawa orang didalamnya kearah yang lebih baik atau buruk. Apakah anda seorang pengemudi yang baik hati membawa mereka semua selamat sampai tujuan, dengan alam bawa sadar yang terkontrol baik. Atau menjadi pengemudi yang usil? Yang mau membawa mereka sedikit melenceng dari tempat tujuan, dengan sedikit kesadaran dalam diri anda. Yang mungkin bisa membawa mereka ketempat yang salah?
Apakah anda seorang pengemudi pribadi yang hanya memperdulikan jalan diri sendiri? Atau transportasi umum semacam, bus itu? Membawa orang banyak tapi harus juga peduli akan sekitar. Apa anda seorang pengemudi mobil taxi? Hanya mengikuti tujuan si penumpang? Padahal terkadang tidak tahu maksud si penumpang ini baik atau tidak. Hanya tahu disuruh antarkan mereka ke sebuah tempat, kalau tersesat pastinya anda menjadi sasaran si penumpang tersebut.
Atau anda adalah seorang penumpang yang duduk disamping sang pengemudi? Si penumpang yang selalu sadar akan situasi yang ada, orang yang mengingatkan si pengemudi agar membawa ke tempat yang baik. Sadar apa yang ada di dalam maupun luar kendaraan. Memperhatikan hal yang ada. Sehingga menjadi orang kedua yang mengontrol jalannya sebuah mobil.
Atau anda seorang penumpang yang asal menerima beres saja? Yang duduk di mobil lalu terlelap dalam iringan musik? Lalu hanya ingin tahu disaat ia terbangun sudah harus sampai di tujuan. Kalau tidak pastinya hanya menyalahkan si penumpang didepan dan si pengemudi. Atau terkadang saat ditanya sebuah solusi hanya bisa diam terpaku.


Jadi sudah tahu dimanakah posisi anda sekarang?

Kesempurnaan


Pagi menjemput.

Aku kembali lagi meringkup didalam selimut hangat ini. Seakan-akan mengodaku untuk tetap berada didalamnya.

“Senja, cepatlah! Hari ini hari pertamamu bukan?” ujarnya.

Iya mungkin saja hari ini memang hari yang pertama untukku. Tapi entah ada sebuah pertanyaan yang terus menempel kedalam pikiranku ini. Untuk apa berusaha semaksimal mungkin mendapatkan nilai yang sempurna, kalau pada akhirnya tidak digunakan untuk dimasa depan? Apa, ini hanya pemikiranku yang masih tidak memikirkan jangka panjang?

“Senja ayooo naaak cepat.” Teriaknya lagi.

Semua orang tampak bergembira untuk menyambut hari ini. Hari pertama masuk sekolah. Dan juga hari pertama pemilihan sebuah jurusan. Untuk apa di kotak-kotakan begitu? Bukankah belajar apa saja akan berdampak sama saja untuk kedepannya? Tidak semua murid IPA yang di puja itu menjadi dokter bukan? Dan tidak selamanya murid IPS itu selalu menjadi anak yang tidak keterima di jurusan IPA.

“Senja.”

“Hadir.” Ia kembali duduk.
           
Sama seperti biasa, semua orang bercakap tidak jauh dari bola, cinta, dan acara seru tadi malam. Guru dengan cueknya duduk didepan seakan-akan kericuhan kelas ini adalah hal biasa. Bagaimana bisa seorang guru membiarkan ini. Terkadang dia juga acuh terhadap murid-murid yang mencontek saat ulangan. Bagaimana mau maju kalau semua yang negative ini di biarkan saja. Aneh sekali penduduk bangsa ini.

Seminggu berlalu.

Lihat dia, si anak pintar kelas. Hanya karna nilainya yang sempurna membuat dirinya dibanggakan oleh segenap orang. Nilai kesempurnaan itu membuatnya sombong, dan kadang tidak mau berbagi. Sayang sekali, ke cerdasannya berlalu begitu saja. Belum lagi terkadang ia memaksakan dirinya bangun sampai pagi hanya untuk menghafal rumus-rumus yang ada di buku. Mungin hidupnya sudah terbiasa akan hafalan-hafalan dari buku-buku tebal yang berisikan material dunia. Kelemahan yang ia miliki? Tidak peka akan lingkungan. Kepintarannya itu membutakan perasaannya terhadap manusia lain. Sayang sekali.

“ulangan akan dimulai jam 11.” Teriaknya sambil menaiki kursi yang ia tarik kedepan kelas.

Kalau murid yang duduk dipojokan itu. Dia hanyalah seorang murid yang dianggap tidak akan selamat di dunia luar. Kenapa? Nilainya yang terkadang tidak memenuhi KKM itu membuatnya dilecehkan guru-guru. Padahal bakatnya dalam menulis itu sungguh diatas murid-murid yang lain. Karyanya itu kalau di bukukan tidak kalah kok dengan artis yang ada diluar sana. Sayang saja karna ia tidak memiliki kesempurnaan nilai yang mereka inginkan, bakatnya terpendam begitu saja.

“heh senja, besok malam ikut kan?”

murid yang baru saja menyapaku itu, orang murid yang terkenal bandel disekolah. Guru-guru sudah muak akan perlakuannya, padahal perlakuannya itu karna memang ia tidak mau mengikuti orang lain. Ia lebih memilih untuk mempunyai jalurnya sendiri. Temannya dimana-mana, aksesnya luas. Belum lagi yang anaknya mudah bergaul itu, cepat sekali di terima orang lain untuk berteman. Rata-rata murid yang seperti dia ini memang kurang perhatian dari orang tuanya. Namun, mereka sebetulnya memiliki hati yang ikhlas, lebih ikhlas untuk membantu orang lain dari pada murid-murid yang cerdas itu.

“yak, tolong kumpulkan semua kertas ulangan di meja depan kiri kalian.”

Aku masih tidak tahu, kenapa untuk dianggap oleh sebuah sekolah itu hanya dilihat dari sisi kesempurnaan nilai? Kenapa tidak dari sisi lain? Apakah sebuah keharusan mereka yang mempunyai nilai sempurna itu? Apakah itu sebuah jaminan untuk bertahan di dunia kerja nanti?

“Senja.” Panggilnya. “kamu mau nilai kamu segini terus? Kamu itu bisa lebih dari ini senja. Jangan membuang semua kepintaranmu senja” dengan mukanya sedikit meraut.

Aku hanya bisa tersenyum. Pikiran yang sangat dangkal untuk melihat seorang anak dari kesempurnaan nilainya. Lihat dia, tulisannya yang begitu ajaib tidak pernah kalian anggap. Lihat dia, kecerdasan dalam berbicara sehingga dapat menghasut segenap murid untuk mengikutinya tidak juga kalian anggap. Hanya mereka tidak memiliki nilai sempurna itu.

Sempurna. Bahkan manusia sendiri tidak ada yang sempurna. Untuk apa hanya menghabiskan hidup untuk mendapatkan nilai yang sempurna itu tanpa belajar hal yang lebih penting dari itu. Hidup, berbagi, mencari teman, mencari arti hidup. Untuk apa menjadi dokter hanya karna tuntutan orang tua. Untuk apa bekerja di kantor hanya karna tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam hidup. Apa kalian akan membiarkan terus-terusan bangsa ini menjadi bangsa yang bingung? Bingung dengan apa yang harusnya dilakukan dalam hidup, bingung dengan cara membuang material yang sudah masuk selama menuntut ilmu. Bingung menjadi jiwa yang bahagia.

            Tidak, aku tidak mau menjadi generasi itu. Aku lebih memilih menjadi orang yang berbeda namun tau apa yang harus aku lakukan selama hidup. Dan menjadi jiwa yang bahagia.

Thursday, February 7, 2013

Sang Ilmu

Sang Fajar bangkit, membangunkan seisi kota. Termasuk diriku yang masih terlelap tidur.
Sang Ayam, memberikan tanda kepada penduduk seisi kota, bahwa Sang Fajar yang kian menjemput dan Sang Pagi yang siap menyapa.

Si kembar Kelopak Mata perlahan bergerak dengan arah berlawanan, menggirimkan perintah untuk sang mata untuk terbuka. Sang Selimut yang memelukku erat, merayuku untuk tidak meninggalkannya. Namun apa daya, sudah menjadi sebuah kewajiban untuk pergi mencari Sang Ilmu yang di puja para manusia itu.

Sebetulnya aku tidak mengerti untuk apa aku mencari Sang Ilmu. Tidak ada yang pernah memberitahuku kenapa. Mereka hanya menyuruhku pergi ke tempat dimana Sang Ilmu itu berada. Sekolah namanya. Ya, Sekolah. Tempat itu kian dikunjungi, dinikmati layaknya sebuah taman rekreasi. Namun disini manusia datang untuk mencari Sang Ilmu. Sesuatu yang belum pernah aku lihat, rasakan atau aku dengar suaranya. Mungkin ia benda magis yang bisa mendorong manusia untuk mempelajarinya. Padahal tidak ada satupun manusia yang pernah melihat Sang Ilmu.

Cahaya Sang Matahari Pagi menyinari setiap sudut kelas, melewati kaca jendela yang lebar dan penuh jemari-jemari manusia usil yang senang menyentuhnya. Lihatlah papan itu, tidak pernah dibersihkan. Penuh dengan corak-corak spidol yang tidak terhapus secara benar. Lihatkan meja-meja kelas yang penuh lukisan alat tulis Sang Pencari Ilmu itu. Lihatlah lantai itu, ya yang di pojok sana yang penuh debu, tidak di sapu rata. Lihatlah mereka, manusia-manusia Pencari Ilmu. Asik dengan alat yang mereka sebut telefon genggam di kolong itu. Belum lagi yang asik dengan teman sebangkunya.

Saturday, January 26, 2013

Life Decisions

ohai there, enjoying my artworks? well ini this blog I'll post more to writing my daily thoughts :D

MY LIFE DECISIONS
before I tell you about my life decisions I'll tell you a bit of a story how did I decided to do so :)

Desember 2012 lalu, mamaku mendaftarkan aku di sebuah student exchange, YFU (Youth For Understanding). Untuk mengikuti program tersebut, kami sebagai partisipan harus mengikuti beberapa test. Yaitu test tertulis; bahasa inggris dan pengetahuan umum, dan interview. Dalam proses tersebut aku tidak begitu menghadapin sebuah kesulitan namun beberapa soal yang bolong di test pengetahuan umum (malunya lagi itu tentang sosial Indonesia haha tapi tenang budaya dan pengetahuan tentang dunia aku full).

hati yang begitu lega melihat kertas test yang usai sudah terpenuhi. Di lanjut dengan interview mengenai diri dan keluarga. testnya sebetulnya tidak begitu sulit untuk dikerjakan. Namun karna harus mengerjakan semuanya dalam 1 waktu (satu-satu sih tapi beruntun tanpa istirahat) membuatku cukup pusing dan lapar (malu-maluin lho perut bunyi pas lagi interview haha).setelah melakukan prosedur tersebut, aku kembali pulang dan menunggu email jawaban apakah aku di terima atau tidak.

setelah menunggu, email kabar itu pun datang. Ya, aku keterima seleksi dan melanjutkan step berikutnya. Rasa bahagia yang begitu luar biasa membuatku membuat plan-plan hal yang akan aku lakukan selama setahun disana. Namun muncul keraguan-keraguan yg mengangguku. Belum lagi respon teman-teman yang berbeda. Ada yang senang, adapun yang marah karna memang iya aku tidak memberikan kabar kepada mereka. Hanya segelintir dari mereka yang tahu dari awal aku ingin mendaftar.

keraguan itu terus membesar, seperti ada rasa ketidak jadian pergi. Ternyata benar, mamaku tiba-tiba BBM aku dan berkata, beliau kurang setuju jika aku balik lagi kesini dan harus mengulang masa SMA setahun lagi disini sebelum beranjak ke dunia perkuliahan. ya rasa kecewa pasti ada, gimana enggak cuman 10 orang yang diseleksi 1 Indonesia ke US aku dapet namun dilarang? ya tapi namanya juga firasat orang tua kali ya. Aku nerima keputusan mama.

dengan rasa kecewa yang luar biasa (sampai sempat meneteskan air mata(bilang aje nangis cengeng)) tapi akhirnya aku memberi sebuah solusi. Aku boleh tidak pergi program tersebut asalkan aku kelas 12 nanti homeschooled dan fokus kursus gambar dsb untuk persiapan kuliah nanti. Ya, itu pilihanku. Kenapa demikian?

pertama, selama aku bersekolah di Madania. Bukan hanya jarak yang melelahkan (lumayan lho Depok-Parung) juga waktu yang tidak memungkinkan untuk menambah skill gambar aku. Banyak yang bilang gambar aku bagus dan gaperlu khawatir tentang test tersebut. eeiittss.. nanti dulu kalian hanya melihat produk jadi dari sebuah karya tetapi tidak tahu kekusahan aku dalam menjalanin prosesnya. jujur saja aku belum merasa mahir dalam bergambar, kenapa? gerakan-gerakan objek ku masih terlalu kaku dan terkadang susah menuangkan apa yang ingin aku sampaikan.

kedua, tugas sekolah yang terlalu banyak dan syarat kelulusan yang begitu tidak mungkin dengan waktu yang mereka berikan membuat aku makin muak dengan sekolah itu.

syukurlah mamaku mengerti dengan keadaan itu. Aku tidak ingin menjadi dokter ataupun politikus, kalau saja aku bercita-cita memiliki profesi tersebut, tidak perlu repot-repot untuk homeschool dll. kenapa? karna sekolah pasti mengadakan banyak opsi untuk pilihan tersebut. tidak untuk anak yang ingin menjadi animator dan mengambil jalur arts. sekolah tidak begitu membantu. anak-anak arts pastinya harus berjuang sendiri untuk mendapatkan opsi tersebut.

planning aku sih, ambil homeschool (hanya untuk mendapatkan ijazah dan mengejar UN saja) lalu menyibukan diri dengan banyak khursus gambar. masuk S1 di Indonesia dulu dan fokus dengan pure art. disambung dengan S2 yang mengambil animasi :)

hehe, entah kenapa aku udah enggak sabar untuk memasuki dunia perkuliahan. bagaimana tidak? disana benar-benar belajar apa yang kami ingin pelajari! bukan sesuatu yang dipelajari demi nilai dengan tuntutkan diknas :P

well those are my plans of life, how about you? have you decided what to do next in life? have you manage to reach those gols? do you what to do in life? tell me about it in the comments below! :D

Have an owlsome weekend everyone! GBU:D

cheers, Dosky